Dalam sinar matahari yang hangat
Payah aku menegakkan badan ini
Sangat nikmat hidup dalam mimpi
Membuatku ingin terlelap selamanya
Lelap yang tak terselamatkan lagi
Terik mentari hampir mencapai kubahnya
Untuk menunjukkan kemuliaanya
Kupaksa aliran darahku berjalan cepat
Agar tersadar dari jebakan kecil ini
Sehingga ku terbangun dari dongeng
Mimpi dan dunia nyata
Apakah dua sisi yang berbeda ?
Ataukah dua sisi yang tak terpisahkan
Layaknya dua sisi koin mata uang
Apakah dua habitat yang berbatas ?
Ataukah dua habitat yang saling melengkapi
Layaknya darat dan lautan
Langit dengan bumi
Aku hidup karena aku punya impian
Tapi bukan terkubur dalam mimpi
Silau sinarnya memburat bayangan hijau pandanganku
Terik sinarnya tegak lurus tepat membuat tak terlihat teman bayanganku
Saat itulah aku berdiri sendiri menantang jalan terjal
Meskipun setapak demi setapak
Sungguh terlihat nyata sekali lagi,
tetes peluh ini adalah buih
saat kita memukul air
sebuah konsekuensi yang tak terhindarkan
wahai teman bayanganku keluarlah kau dari persembunyianmu
dia hendak lepas landas ke ufuk barat
temani aku menuju jalan pulang
aku takkan melupakanmu saat sampai di rumah
kau seperti masa lalu….. tujuan…..
mimpi-mimpiku
yang selalu mengingatkanku untuk terus berjalan
meskipun kau tak terihat di gelap malam
tapi aku tahu kau ada
aku rindu mereka yang ku sebut “rumah”
aku rindu apa yang ku sebut “ rumah Bapa “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar